Jika Anda Hanya Bisa Mengoperasikan Komputer dan Mengakses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup untuk Menjadi Seorang Teknisi/Pengusaha Komputer, dan Dengan Mudah Dapat Menghasilkan Uang...Hanya Jika Anda Tahu Caranya!"
"Mungkin Selama ini Anda Bingung dan Stress Mencari Kerja, Sudah Bosan Rasanya Melamar Kesana Kemari Tapi Tidak Mendapatkan Hasil, Mengapa Harus Bingung, Jika Anda bisa Menciptakan Lapangan Kerja Sendiri
DENGAN INCOME 100% Milik Anda!
"Atau Anda Sering dipusingkan oleh Komputer Anda, Pada saat diperlukan Komputer Anda mangalami MASALAH, sedangkan untuk menanganinya Anda harus memanggil Teknisi,...Bagaimana jika kerusakan terjadi pada malam hari, atau tempat Anda jauh dari tempat service? sedangkan Anda sangat membutuhkannya....."
Disinilah Solusinya, Dengan Paket e-Book Metode Perbaikan Komputer Cepat & Akurat Semua Masalah Anda Selama ini Telah Terjawab Sudah, Semua ini Saya Persembahkan Untuk Anda.......
Bagaimana Saya Bisa Menghasilkan Uang Untuk Memulai Usaha Sebagai Teknisi & Pengusaha Komputer, Meskipun Latar Belakang Pendidikan Saya Hanya Tamatan STM!
Anda Pun Bisa melakukannya.......!!
Senin, 01 Desember 2008
nformasi Terhangat di Bulan ini.....!!
Rabu, 10 September 2008
Dakwah kepada Artis atau Politisi Sama Saja
Kadang kita dibuat takjub dengan artis yang tiba-tiba berubah. Seorang artis yang dulunya dikenal hura-hura, tiba-tiba berubah drastis menjadi sangat Islami. Ada yang tiba-tiba mengenakan jilbab, ada yang tiba-tiba sangat relijius, dan sebagainya.
Selain hidayah Allah tentunya, tidak sedikit orang yang ingin tahu siapa di balik perubahan relijius itu. Salah seorang Ustadz yang kerap dihubung-hubungkan dengan perubahan baik itu adalah Ustadz Muhammad Ridwan. Benarkah?
Kadang kita dibuat takjub dengan artis yang tiba-tiba berubah. Seorang artis yang dulunya dikenal hura-hura, tiba-tiba berubah drastis menjadi sangat Islami. Ada yang tiba-tiba mengenakan jilbab, ada yang tiba-tiba sangat relijius, dan sebagainya.
Selain hidayah Allah tentunya, tidak sedikit orang yang ingin tahu siapa di balik perubahan relijius itu. Salah seorang Ustadz yang kerap dihubung-hubungkan dengan perubahan baik itu adalah Ustadz Muhammad Ridwan. Benarkah?
Berikut petikan wawancara Eramuslim dengan Ustadz yang sejak lajang memang sudah terjun ke dunia seni.
Belum lama ini, Ustadz ikut membidani lahirnya wadah para seniman dan budayawan, MBR (Majelis Budaya Rakyat). Apa visi dan misinya?
Visinya dalam rangka memberikan salah satu alternatif budaya yang lebih sehat, yang lebih baik sesuai dengan tuntutan moral. Terutama, moral Islam tentunya.
Kita sudah mengkalkulasi bahwa kita akan berhadapan dengan arus besar kapitalisme, budaya hedonisme yang begitu besar; yang pengaruhnya begitu besar dalam masyarakat kita.
Apa saja kegiatan MBR yang sudah dilakukan, terutama kaitannya dengan dakwah Islam?
Kegiatan kami yang berhubungan dengan dakwah sudah ada beberapa yang digulirkan ke masyarakat. Di antaranya album nasyid anak-anak Islam, buku 'Rumahku, Sekolahku' yang ditulis oleh Tri Wiratno, buku 'Bagaimana Menjadi Artis' yang ditulis oleh Jack Sorga, dan film 'Sang Murobbi' yang alhamdulillah sudah laku 30 ribu keping DVD dan VCD.
Bagaimana daya tarik atau pengaruhnya wadah ini terhadap seniman dan budayawan yang ingin kenal Islam?
Sebenarnya, kita harus menyikapi objek dakwah itu secara sama. Mau dia seniman, politikus, ekonom, budayawan, apa saja. Orang-orang itu adalah objek dakwah. Jadi, perlakuannya juga sama. Tidak ada yang istimewa. Mungkin pola pendekatannya saja yang agak berbeda. Prinsipnya, setiap orang berhak mendapat sentuhan dakwah.
Memang untuk kalangan seniman, kalau kita sudah menikmati pergaulan dengan mereka, sebenarnya seniman itu orang-orang yang cepat welcome menerima nilai-nilai kebaikan. Karena mereka bermainnya di hati nurani, perasaan. Sehingga kalau kita masuk dengan nilai-nilai Islam, mereka menjadi jauh lebih komit.
Itu saya simpulkan dari bertahun-tahun berinteraksi dengan seniman, mulai dari yang sangat senior sampai seniman jalanan. Karena itu, prospek dakwahnya sangat luar biasa. Asal kita mendekatinya cocok dengan kecenderungan mereka. Tidak menggurui. Yang penting, kita bergaul baik dengan mereka.
Umumnya orang tahu bahwa para artis itu glamour, suatu dunia yang sulit sekali dipertemukan dengan nilai-nilai Islam. Mungkin ada trik tersendiri mendekati mereka?
Seperti yang saya bilang tadi, para artis juga seorang manusia yang ingin diapresiasi sebagaimana layaknya. Nah, mungkin kita bisa masuk lewat bagaimana mengapresiasi mereka.
Dan yang paling penting dalam konteks dakwah itu adalah tadhiyah (pengorbanan, red) kita sebenarnya. Pelayanan. Kita berkorban waktu, perasaan. Karena mereka sukanya ngobrol, diskusi, sambil ngopi membahas sesuatu. Itu cara pendekatan yang paling mereka suka. Kalau itu kita lakukan secara istimror (kontinyu), mereka akan sangat apresiatif. Dan itu tidak terlalu rumit. Sama aja.
Kalau soal glamour, sebenarnya tidak semua seniman seperti itu. Ada artis yang secara materi sangat mumpuni, tapi dia tetap egaliter. Penampilannya tetap sederhana.
Dan soal glamour bukan hanya para artis. Politisi juga glamour. Bahkan, banyak politisi yang jadi selebriti dan lebih genit dari selebriti sendiri. He...he...
Ada hambatan selama ini? Mungkin dari kelompok kiri yang ingin menjegal laju dakwah di kalangan artis.
Dunia ini kan arena kompetisi. Ya, kita berkompetisi aja. Mau dari kanan, kiri, kiri luar, kanan dalem; biarin aje. Kita nggak ada urusan. Yang penting, kita tidak sikapi mereka sebagai lawan. Kalau mereka mau membuka pintu dialog, kita dialog. Dan selama ini saya biasa-biasa saja dengan mereka. Ngobrol bareng.
Ada pendekatan khusus yang membedakan objek dakwah lain dengan para artis?
Nggak ada yang khusus. Sama saja dengan objek dakwah yang lain. Soalnya, ini masalah hidayah yang merupakan rahasia Allah.
Dakwah fardiyah, misalnya?
Oh kalau itu memang harus. Tapi, itu kan sama saja. Untuk komunitas lain juga mesti begitu.
Memang, ada sih target khusus untuk kalangan petinggi mereka. Istilahnya, kalau kepalanya kita pegang, bawahnya juga ikut. Pokoknya, kita menyediakan waktu 24 jam buat mereka.
Saat ini, ada pengajian-pengajian rutin di komunitas artis yang Ustadz kelola?
Alhamdulillah ada, banyak. Pertama, di wisma Lyna di Jalan KH Abdullah Syafii. Yang hadir di sini bukan hanya artis, tapi juga para pekerja seni. Ada sutradara, penulis skenario, pemain, dan lain-lain. Itu dua pekan sekali.
Ada yang lebih khusus lagi, orang film. Ngajinya sudah lebih serius. (Sayangnya, Ustadz Ridwan tidak mau menyebutkan nama-nama mereka, red).
Ada juga yang baru-baru ini mau ngaji serius. Para artis muda berbakat. (Lagi-lagi, Ustadz Ridwan tidak mau menyebutkan nama-nama mereka, red). Nanti juga tahu sendiri lah.
Ada juga di Bulungan. Mereka para seniman teater, musik, dan lain-lain. Alhamdulillah, hampir tiap pekan ada pengajian.
Yang penting, Ustadznya jangan ikut-ikutan jadi artis. Cukup artisnya aja yang jadi artis. Ustadznya jangan. He..he...
Nah, gimana cara membangun idealisme diri dalam dakwah di kalangan mereka, Ustadz?
Pertama, Islam mengajarkan kita untuk selalu berjamaah. Supaya banyak orang yang bilangin, banyak yang negor kalau-kalau kita mulai melenceng.
Soalnya, daya pikat dunia artis itu luar biasa. Karena memang banyak kenikmatan di situ. Kenikmatan mata, telinga. Kalau tidak ada saling tausiyah yang konstan dari orang lain terhadap kita, kemungkinan kita terseret menjadi artis menjadi sangat mungkin. Akhirnya, bukan kita yang mewarnai, kita yang justru terwarnai. Malah kadang-kadang, ustadznya lebih genit dari artisnya.
Sebenarnya, bagaimana latar belakang Ustadz sehingga bisa terjun ke dakwah artis dan seniman?
Waduh, ceritanya panjang. Wallahu a'lam, mungkin dari keturunan. Babe saya selain pensiunan tentara, juga pemain selo. Dulu, kakek saya punya orkes keroncong di Kwitang.
Selain itu, lingkungan rumah saya dulu di Tanah Tinggi, banyak tinggal seniman besar. Ada Bing Slamet almarhum, Oma Irama dulu tahun 70 an juga mainnya di sana. Sewaktu masih bujangan, saya sudah ikut teater. Waktu itu tahun 75 an.
Saya lupa tahun berapa, Allah juga mempertemukan saya dengan komunitas seniman besar di daerah Kepu (dekat stasiun Senen, red). Di antara mereka ada Sumantiasa, pencipta lagu Si Doel Anak Betawi. Nah, di situlah saya ikut pengajian para seniman senior. Di situ ada Khairul Umam, dan lain-lain.
Dari pengalaman ikut pengajian itu, akhirnya saya dapat tugas dari para seniman senior untuk mengelola pengajian generasi berikutnya. Kurang lebih sekitar 20 tahun, Allah mentakdirkan saya terjun di dunia dakwah itu.
Biodata
Nama: Muhammad Ridwan
Alamat: Jl. H. Usman Kelapa Dua, Keb. Jeruk, Jakarta Barat.
Keluarga: satu isteri dan enam anak.
Pendidikan Terakhir: S1 Ushuluddin.
Pekerjaan: Pembina Al-Azhar Syifa Budi Jakarta.
Kegiatan/Organisasi:
- Ketua Departeman Seni dan Budaya DPP PKS
- Pembina Majelis Budaya Rakyat, MBR
- Pembina Asosiasi Nasyid Nusantara, ANN
- Pembina Keagamaan Teater Kanvas
- Pembina Komunitas Pengajian Seniman Film dan Sinetron
- Penasihat Keagamaan Film 'Ketika Cinta Bertasbih', KCB
- Pembina Pesantren Audisi 'Ketika Cinta Bertasbih', KCB
- Penasihat Keagamaan Komunitas Penyanyi Jalanan, KPJ
Sabtu, 19 April 2008
OTONOMI DAERAH DAN POLITIK BIAYA TINGGI
Bismillah ar-Rahman ar-Rahim,
Hari telah senja ketika saya mendarat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang. Rekan saya Fachry Ali, punya hajatan menyelenggarakan lokakarya penguatan DPRD di kota itu. Walaupun akhir-akhir ini saya sibuk bukan kepalang, namun demi menghormati sahabat lama, saya bersedia juga untuk hadir ke Palembang walau hanya semalam. Besoknya pagi-pagi sekali saya kembali ke Jakarta. Lokakarya itu diikuti oleh para anggota DPRD Kabupaten dan Kota se Sumatera Selatan dan diselenggarakan di Hotel Novotel, Palembang. Sudah hampir setahun belakangan ini, saya tak pernah memberikan ceramah di hadapan para politisi dari berbagai latar belakang partai politik. Faktor ini, juga menjadi pertimbangan saya untuk hadir. Saya berharap, akan terjadi pertukar-pikiran yang menarik untuk membahas berbagai isyu politik yang berkembang di daerah.
Dalam ceramah yang saya sampaikan, saya mengemukakan berbagai aspek amandemen konsitusi kita, beserta implikasi-implikasinya kedalam kehidupan politik, baik nasional maupun daerah. Konstitusi kita kini memberikan penguatan kepada posisi pemerintahan di daerah, baik eksekutif maupun legislatif daerah. Kepala Daerah dan Wakilnya, harus dipilih dengan cara-cara yang demokratis. Otonomi daerah mendapat penegasan dalam konstitusi. Tentu semua ini memerlukan pengaturan lebih lanjut pada tingkat undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang lebih rendah. Mengenai otonomi daerah, saya menggambarkan kilas balik perdebatan antara negara kesatuan dengan negara federal di awal reformasi. Waktu itu saya memberikan jalan tengah, yakni Indonesia tetap menjadi negara kesatuan, sebagaimana cita-cita awal kemerdekaan, namun memberikan penguatan tugas, kewenangan dan tanggungjawab kepada pemerintahan di daerah. Waktu itu, saya juga menggagas tentang keberadaan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) – suatu lembaga yang pada umumnya hanya ada di negara federal – untuk diterapkan di negara kita yang menganut susunan negara kesatuan. DPD memang terbentuk, walau masih banyak hal yang harus disempurnakan.
Soal otonomi daerah, saya mengatakan bahwa di awal reformasi, saya beda pendapat dengan Prof. Ryas Rasyid yang menekankan otonomi daerah ke tingkat kabupaten dan kota. Konsep Prof. Ryas waktu itu, ialah menciptakan kabupaten/kota yang lebih besar dibandingkan dengan daerah yang telah ada. Saya berpendapat sebaliknya, otonomi diberikan kepada propinsi, dengan jumlah propinsi yang lebih banyak, yang dalam perhitungan saya, akan ada sekitar 42 provinsi di seluruh tanah air. Dengan otonomi kepada provinsi, maka kompetisi antar daerah akan menjadi lebih nyata. Pemerintah Pusat juga akan lebih mudah mengawasi Gubernur, dibandingkan dengan mengawasi Bupati/Walikota yang waktu itu lebih dari 400 jumlahnya. Pemberian otonomi kepada provinsi memang akan mendorong Indonesia menjadi negara yang mendekati negara federal – atau biasa disebut dengan istilah quasi federal – namun hakikatnya tetap sebuah negara kesatuan.
Kalau otonomi diberikan kepada provinsi, maka gubernur dapat saja dipilih secara langsung oleh rakyat, sebagaimana halnya pemilihan Presiden. Konstitusi kita tidak mengharuskan adanya pemilihan langsung, namun hanya menyebutkan dipilih secara demokratis. Bupati dan Walikota cukup dipilih oleh DPRD. Dengan demikian, tidak terlalu banyak pemilu (termasuk Pilkada) seperti sekarang ini. Banyaknya Pemilu, mulai dari Pemilu DPR, DPD dan DPRD, Pemilu Presiden/Wakil Presiden – yang nampaknya akan selalu terjadi dalam dua putaran – dan pemilu kepala daerah untuk gubernur, dan bupati/walikota. Biaya penyelenggaraan Pemilu ini sangat besar. Demokrasi memang mahal. Tidak sedikit uang negara dihabiskan untuk membiayai pemilu ini dalam lima tahun. Belum lagi dampak sosial dan politiknya, terutama di daerah-daerah. Ketegangan yang terjadi di Sulawesi Selatan dan Maluku Utara, pasca pemilihan gubernur, membuat saya sangat prihatin.
Para anggota DPRD Kabupatan/Kota di Sumatera Selatan itu, mempunyai keprihatinan yang sama dengan apa yang saya rasakan. Di provinsi ini, tak lama lagi akan ada Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur. KPUD Provinsi konon telah mengajukan anggaran Rp 350 milyar untuk hajatan itu. Namun yang disetujui adalah Rp. 150 milyar. Biaya ini belum terhitung biaya yang dikeluarkan oleh para pasangan calon, baik dalam persiapan, maupun dalam kampanye, pengawasan dan penghitungan suara. Entah berapa biaya yang dikeluarkan oleh para pasangan, termasuk biaya yang dikeluarkan oleh para simpatisan dan pendukungnya, kita tidak tahu. Ada dugaan, biaya yang dikeluarkan adalah jauh lebih besar dari biaya yang dilaporkan secara resmi. Kalau biaya yang dikelurkan oleh masing-masing pasangan itu cukup besar, bagaimanakah mereka mengembalikannya?
Pertanyaan seperti di atas juga menghantui benak saya. Tidak semua orang benar-benar mempunyai idealisme tingggi, sehingga memandang jabatan adalah tugas dan amanah, tanpa perhitungan materi. Tak semua pula para pendukung bersedia mengeluarkan dana sponsor karena idealisme pula, seperti ingin melihat bangsa dan negara – atau daerah – menjadi maju. Mereka mungkin saja seperti udang dibalik batu. Kompensasi bantuan dana sponsor itu bukan mustahil pula harus “dibayar” dengan “pemberian” proyek-proyek Pemerintah atau kemudahan lain yang bersifat menguntungkan. Bukankah semua ini akan membuka peluang tumbuh-suburnya praktik kolusi, korupsi dan nepotisme? Hati saya sukar untuk mengatakan tidak atas segala prasangka ini. Namun di sisi lain, saya juga tak dapat menafikan, idealisme tetap tinggi. Ada faktor ideologi, ada faktor subyektif misalnya rasa senang dan suka, yang mungkin saja mendorong seseorang untuk membantu. Mereka ingin melihat bangsa ini menjadi maju dan berkembang, tanpa memikirkan imbalan bagi dirinya sendiri.
Di akhir ceramah malam itu, ada beberapa anggota DPRD Kabupaten/Kota Provinsi Sumatra Selatan itu, yang bertanya apakah saya serius mencalonkan diri dalam Pemilihan Umum Presiden/Wakil Presiden 2009? Menurut mereka telah tiga kali berita itu menjadi headline Koran Sriwijaya Pos, yang menyebut dirinya sebagai “Korannya Wong Kito” itu. Berbagai tabloid di kota Palembang juga memberitakan hal yang sama. Terhadap pertanyaan itu saya menjawab, ibarat sembahyang, nawaitunya memang sudah dilafadzkan, tetapi takbirnya belum. Takbirnya itu baru dikumandangkan nanti setelah Pemilu DPR selesai, dan kita melihat apakah Partai Bulan Bintang berada dalam posisi yang dapat mencalonkan pasangan Presiden dan Wakil Presiden atau tidak. Kini kami sedang berjuang ke arah itu.
Kalau modal pengalaman, ilmu, kesehatan jasmaniah dan rohaniah dan keanggupan kerja keras, saya katakan, Insya Allah, telah ada. Penyusunan program memang sedang dalam proses penggodokan. Sudah banyak pula kawan-kawan yang menawarkan diri menjadi tim sukses. Namun kalau ditanya persiapan dana, saya katakan, saya mungkin adalah bakal calon yang paling kedodoran. Saya menyadari bahwa biaya kampanye dan sebagainya sangatlah besar. Untuk hal yang satu ini, saya posisi saya seperti orang sudah kalah sebelum bertanding. Saya kembali kepada salah satu pokok persoalan yang dibahas dalam diskusi. Demokrasi sangat mahal. Biaya politik menjadi sangat tinggi. Meskipun begitu, saya tetap memiliki optimisme bahwa idealisme yang tinggi tetap ada. Rakyat juga sudah belajar banyak tentang demokrasi dari berbagai pengalaman yang mereka peroleh selama era Reformasi ini.
Hari sudah larut malam. Acara ceramah dan diskusi yang dimulai pukul delapan itu, berakhir pukul sebelas malam. Tak terasa kami telah melewati waktu selama tiga jam untuk bertukar-pikiran dengan jernih. Pagi-pagi sekali saya meninggalkan hotel menuju bandara untuk kembali ke Jakarta..
Wallahu’alam bissawwab
Cetak artikel Oleh Yusril Ihza Mahendra — April 18th, 200
Selasa, 26 Februari 2008
Rabu, 20 Februari 2008
Selasa, 19 Februari 2008
ERA BISNIS MASA KINI,,,,,,
Ikhwan bisnis yang di rahmati Allah....
Terima kasih anda masih bisa bermuwajahah dengan kami, kesulitan ekonomi yang melanda negara kita bagai tanpa akhir, disaat krisis yang berkepanjangan tidak pernah ada kata henti manusia banyak yang terjerumus kepada hal-hal yang justru mencelakakan dirinya.
Bahkan saking paniknya orang banyak tergiur dengan hal-hal yang berbau mistik, atau mungkin terlalu berhayal untuk mendapatkan harta dengan cara yang tidak lagi mengindahkan aturan, atau mungkin tergiur dengan ajakan-ajakan yang terlalu ambisius sehingga bukannya untung yang didapat, malah sebaliknya menjadi bertambah stresss... bertambah utang.... dan lain lain...
maraknya bisnis di internet yang menjanjikan mimpi-mimpi indah juga menjadi dilema tersendiri, dimana banyak orang juga langsung tergiur dengan untung ynag dijanjikan padahal nol belaka, tertipu malah mungkin jga terjerumus.......
Namun kali ini saya mendapatka informasi yang patut anda pelajari dan kaji, dan bahkan saya sendiri sudah memulainnya, dimana bisnis ini tidak terlalu beresiko kerugian, namun keuntungannya Insya Allah menjanjikan...... dan saya sendiri telah menelusuri keberadaan siperusahaan yang membuat prodak ini ...... Insya Allah coba anda kunjungi webnya www.perbaikankomputer.com/?id=amun